Jumat, 21 Desember 2012

Rasimah Binti Majenun si dagang sate usus, langgananku....


Langganan pedagang sate usus kesukaanku. Letaknya dekat dengan kantor, daerah Kampung Jawa Denpasar Bali, tadinya kan rada jijik aku ngebayangin usus manusia 12 jari tempat pembuangan paling akhir kan dari pada tubuh manusia ye khan, tapi lama2 enggak juga  ada pula sate susu, daging pake kelapa dipulung2 di atas tusuk sate terbuat dari pelepah pohon kelapa, terkenal dengan nama sate pusut, sebagian dicampur telur atawa putih telur berbumbu Bali,lengkap "base genep".Yang bikin laen dari sate usus yang laen di kampung Jawa adalah, tepung beras bersantannya (kari kental) plus bumbu pedasnya, yang bikin maakyus, bener bener kayak smoke in the water experience, menu spesial ini berawal dari sate usus yang maseh diatas tungku bakaran sate berbara batok kelapa dipanggang dengan siraman minyak sayur bimoli, kemudian panggangan itu mulai mengeluarkan bau harum usus sapi yang mulai meleleh, naaah aku pas nggak tahannya pas disini, bertemeankan cocolan saus kari berpadu sambal buatan Mba Maghfirah, alamakkk seakan lupa sedang berada dimana, biyasanya Mba Magh sebok mencarikan lontong buat hidangan lengkap langganannya ini.Trim's Mba Magh, aku pasti menjadi langgananmu yang paling setia.

Ternyata setelah dicoba, kog enak ya seperti berasa ketagihan, gurih- gurih gimana gitu, sulit mengatakannya jadilah aku langganan berikutnya.Waktu itu aku sedang akrab dengan Keluarga Haji Sunar, isterinya keduanya yang orang Aceh itu temanku, kebetulan kami sesumatera, mungkin sesama perantauan tidak boleh saling mendahului jadinya klop lah. Namanya Inong, lama di Jakarta, punya seorang puteri, Salsabilla, Inong sambilan membuka gerai lalapan didepan rumahnya, bersebelahan dengan Mesjid. Masakan Inong enak, tapi tidak seenak sate Mba Magh, sorry, In! Menilai harus jujur walau sohib , bow...

Yang kusuka dari Keluarga itu, kekeluargaan, Pak Haji Sunar pinter main keyboard, mau lagu apa sahaja dia bisa ngaransemen, disela jam kereja ku pernah suatu ketika makan di ayam lalapan Medan Mba Inong, sambil menunggu racikan sambal Mba Inong, aku diiringi musik oleh suaminya itu, diantaranya Ayam Den Lapeh, Mengharapkan Yang Tak Mungkin, dari The Steps (Marini The Steps), beberapa lagu lama, lagu Melayu, a.l. Pucuk lah pisang,Love  etc... Suatu ketika Mba Magh lewat, aku cegatlah ia, Mba Inong pun membolehkan Mba Magh mampir, " OO, kenal juga ya Bu April dengan Magh,...." Seru Inong.
" OHH ..., Nyonyah ini langganan saya, sejak lama."Sahut Mba Magh. Aku mengiyakan, senang rasanya Mba Magh datang, aku terbebaskan untuk cepat- cepat pulang, sebab keluarga Haji Sunar sering menahan-nahanku untuk pulang kerumahku, waktu itu memang sudah jam pulang kereja.Kalau membawa sate pulang kan menjadi sebuah  alasan. Oh iya , cerita kembali lagi ke Sate Usus Mba Magh.

Yang nggak tahan pas bulan Ramadhan, seingatku aku paling susah menahan laparku ketika sate mulai proses pembakaran, aku akan tetap bertahan pada puasaku namun mataku tidak akan berkedip dari tungku milik Mba Magh, padahal jualannya itu diemperan jalan/pinggiran  rumah orang, beberapa kali Mba tergusur dan pindah-pindah tapi langganan makin banyak sahaja yang berdatangan terlebih di bulan Ramadahan, bila yang datang kemudian jangan pernah menyesal karena sering kehabisan. Malah bukan mendapatkan kata kata manis dari mulut mba magh malah dampratan, " EH,suruh siapa  datang belakangan, salahnya sendiri kenapa kog telat, Yach habis yach habis, sudah!" Mba Magh seringkali menolak pembeli yang kehabisan. Malah yang tidak kebagian itu diusirnya karena hanya sekedar melihat sate dibakar, mungkin ada keasyikan tersendiri, baunya yang harum, semilir di bawa angin, bercampur dengan bau-bauan khas dari si  pengipas, kejudesan penjualnya,rambut kriting si penjual menjadi daya tarik tersendiri buatku, khususnya dan bagi pengunjung pada umumnya.


Pernah aku nulis2 di mailing list Bulagoz tentang Mbak Magh, ini tp dengan judul Maghfirah si penjual sate usus from kp. jawa, yang bikin gemetar dan tewrkejut adalah ternyata Mbak Magh pernah menyerahkan anak yang baru saja dilahirkannya kepada seorang kaya di kp.m jawa juga, kasarnya dijual karena himpitan ekonomi tragis memang!Mba Magh tidak mengetahui anak itu berada dimana sekarang, tapi dia tidak ambil peduli yang penting mencari rejeki dan cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur sehari-hari sudah cukup bagi mba Magh, sederhana bukan..??

Yang kusuka dari mba Magh, jujurnya itu dan apa adanya, yang belum kenal pasti mengira galak, tapi yang sudah kenal justeru kebalikannya.



Jangam Biarkan Ku Sendiri
By : Ernie Djohan


Jangan Biarkan Ku Sendiri
Daku Inginkan Belaianmu

Janganlah Kau Pergi Tinggalkan Diriqu
Saat Itu Jiwaku Menjadi Layu

Jangan Biarkan Ku Sendiri
Hidupku Ini Bagai Bunga

Bila Tiada Hujan Merana Hidupnya
 Gugurlah Bunganya 
Layulah Daunnya

Jangan Tinggalkan Ku Sendiri
Daku Inginkan Belaianmu

Jangan Biarkan Ku Sendiri
Daku Inginkan Belaianmu 
Janganlah Kau Pergi
Tinggalkan Diriku
Saat Itu Jiwaku Menjadi Layu


Jangan Biarkan Ku Sendiri
Daku Inginkan Bimbinganmu
Sejak Dahulu Telah Ku Pinta
Ku Ingin Bahagia Bersama Denganmu


 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar