Sabtu, 08 Desember 2012

kue basah untuk camilan, kue Talam Ubi RSPP, dan teman dimasa kcl ku dahulu...

Nostalgia lidah, serasa balik ke masa lalu, masa-masa dimana aku selalu setiyap saat membantu ibuku mengurus adik- adik satu demi satu, acara rutin sudah pasti berobat ke Rumah Sakit Pertamina yang di jalan deli, jakarta utara ,kalau penyakitnya rada berat dirujuklah ke rumah sakit  yang lebih besar daripada rumah sakit yang di jalan deli daerah Koja, yakni rumah sakit pusat pertamina/ RSPP, jaman dulu sering banget nginjek rumah sakit elite tersebut sampe kue-kue rumah sakit itu aku hapal betul. Kue Talam Ubi-nya jaman itu udah 800 rupiah, mungkin sekarang 8000 rupiah se slice, mahal bukan..?, ada jenis bacang tapi isinya sering daging babi dicincang, nggak diperbolehkan emak pastinya , ibarat makan dirumah nenek kue basah masa aku kecil itu santannya mlekoh bangeT, legit bangeT, harganya pun mahal bangeT untuk ukuran kantong anak kecil seperti aku dulu, hihihihi.

Maseh bicara nostalgia, waktu pernah tinggal di Rawasari Timur Gg. V/41 Jakpus, suatu hari Emak menyuruh beli gulai matang, kayaknya Emak ngga enak badan, meriang atau apalah, aku pergi  kepasar serong , nama pasarnya, memang tidak jauh dari rumah. Dengan mengendarai sepeda miniku lalu mulai melihat-lihat kerumunan ramai, aku pun ikut mengantri pas tiba giliranku, aku pesan gulai ayam sepertinya opor ayam, sesampainya dirumah Emak bertanya,"Beli di masakan padang, kan...?, aku bilang,"Iyaa." Emak membuka bungkusannya, lantas karetnya, "Huuuhh, masakan Jawa..." Sejak itu, apa-apa aku selalu dan always beli makanan matang yaa di warung padang atau restoran padang ngga pernah beli selain di warung padang, mungkin takut sama Emakku...

Maseh berbicara tentang makanan, dulu waktu kecil tinggal dijakarta sehabis buka puasa selalu diberi abah uang Rp. 25 rupiah, biasanya aku beli buah kecapi.Teman masa kecilku Purwanti dan Atok anak Lek Tum, pemilik warung hadapan rumah kontrakan kami, ada juga teman lain, namanya Uwin, rumahnya kasian banget nempel sama tembok, masa sekarang namanya pramuwisma, rumah Uwin sebenarnya bukan rumah tapi seperti tenda menempel dirumah orang kaya. Rumah yang ditempeli Uwin itu rumah Budi dan Utari, hehehe, kalau aku ingat Budi teman sekolah sekaligus teman ngajiku, hehehehe, kami sekelas di esde jembatan serong, pas barusan masuk kelas biyasanya kelas kami giliran murid2 pada baca surah Al Fatihah, wajah kami menunduk, aku duduk ditengah, Budi paling belakang, aku dan Budi sering saling mencuri pandang disaat baru memulai pelajaran dipagi hari, Utari , adik Budi teman ngaji serta anak pembantu mereka namanya Yuli, aku sering main kerumah besar itu dan diberi koleksi pensil mahal oleh Utari, kalau kami bermain, aku dan Budi suka banget saling mencuri pandangan, wah, wah cinta monyet saja kan, dan tak berlanjut, Kalo Uwin baik juga, dia sering sekali meminjami aku buku cerita (ternyata Uwin sering nemu buku yang jatuh dari rumah Budi), hehehe aku yaa bisa-bisa saja bergaul disemua kalangan, bisa berteman dengan siapa saja, mungkin ajaran orangtuaku, guru dan agamaku, bahwasanya tidak boleh memilih milih teman semua manusia pada dasarnya baik.....pa bila dari segolongan yang lemah dan miskin pula akhirnya kelak dikemudian hari dapat mengalahkan golongan yang besar/ kaya dan berpengaruh dengan ijin Allah SWT, tentunya....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar